Nasehat Untuk Diriku Pribadi

Orang dulu hidup tentram tanpa harus mengejar dunia yang fana ini. Bercocok tanam di tanah yang di tumbuhi oleh tumbuhan yang hijau menyejukkan mata. Bermain kesenian warisan leluhur yang menyejukan hati.
Sungguh bangga jadi Nusantara dianugerahi yang kuasa dengan kesuburan yang sedemikian rupa. :)

Saya dilahirkan dari darah jawa tentu saya menyukai kesenian-kesenian tersebut. Meski saya tidak dilahirkan dan dibesarkan di tanah jawa tapi mengalir darah jawa pada tubuh ini. Sedari kecil saya diajari bermain alat-alat gamelan oleh kedua orang tua dan orang-orang sekitar saya. Dari saya balita sampai saat ini dirumah saya dipenuhi dengan gamelan, Semasa kecil bisa di bilang masih balita, hampir setiap hari saya mendengarkan dan memainkan nya sejak saya balita dan saya mahir memainkan alat musik kendang pada masa itu. Tapi saya tidak memainkannya lagi sejak smp hingga saat ini.

Lihat lah perbedaan ini dimana sekarang orang-orang bekerja hingga larut malam bahkan 24jam perusahaan beroperasi tanpa henti. Dengan pola hidup bangun tidur pagi-pagi harus pergi bekerja pulang malam, begitu seterusnya hingga akhir hayat.

Orang-orang dulu bisa bekerja dan hidup dengan tentram tanpa ada iri dengki antara satu dan yang lain. Mereka bercocok tanam menunggu hasil panen nya sembari bermain kesenian. Di jawa ada wayang kulit, reog, jaranan, ketoprak, dll.
Bisa di bayangkan skrg ketoprak menjadi sebuah makanan yang enak di santap di pagi hari. Hehe

Terbukti bahwa kesenian itu menentramkan hati, membangun kehidupan bersosial antar sesama, membangun kekompakan antar satu dan yang lainnya, menjalin kerukunan antar manusia.
Contoh, dapat anda bayangkan berapa banyak jenis alat musik pada pertunjukan wayang kulit? Ada sangat banyak jenis alat musik yang dimainkan secara bersamaan oleh orang yang berbeda, tapi mengapa bisa menghasilkan suara yang merdu dan menengkan hati bagi yang menyukai nya.

Tetapi sekarang semua terlupa, maka leluhur jawa dulu memiliki banyak sekali wejangan atau pesan-pesan untuk anak cucunya. Contohnya "wong jowo ojo nganti ilang jowone"

By default orang jawa memiliki kepribadian yang lemah lembut tutur bahasa dan prilakunya, berbudi pekerti dan berbudaya adiluhung.

"wong jowo ilang jawane"
Dalam kesehariannya, masyarakat jawa saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa yang sehari-hari kita gunakan dibagi menjadi bahasa jawa krama dan bahasa jawa ngoko. Bahasa jawa krama digunakan untuk kita jika berbicara dengan orang yang lebih tua, sedangkan bahasa jawa ngoko adalah kita gunakan saat berbicara dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda dari kita. Itu yang biasa disebut dengan unggah-ungguh.
Tetapi banyak dari kita mengesampingkan itu contohnya saya. saya sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk berbicara bahasa jawa kromo atau jawa halus meskipun saya faham artinya.

Banyak yang mengesampingkan norma-norma leluhur nya dan melupakan sejarahnya siapa dirinya, hanya demi uang, kekuasaan dan kedudukan. Sesungguhnya berapa lama ia mampu mempertahankan semua itu? Apa kita semua akan hidup selamanya di dunia ini?

Sesungguhnya kematian itu adalah milik setiap manusia. Orang tua ku berkata "bahwa yang ada nanti akan jadi tiada dan yang tiada nanti akan jadi ada"

Kita lihat kerajaan di Nusantara yang begitu megah dan berjaya di eranya contohnya Majapahit. Sebuah kerajaan di Jawa yang saya rajin sekali untuk mengikuti perkembangan dan membaca sejarahnya karena banyak memberi saya pelajaran hidup.
Tapi kenapa sebagian besar peninggalannya ditemukan di bawah tanah? Manya kejayaan itu? Kejayaan yang begitu megah di eranya dapat tenggelam begitu saja dimata kita saat ini.
Lalu kita ini siapa?
Apa yang kita kejar?
Apa yang kita cari?
Apa yang kita nanti?
Untuk siapa kita ini?
Milik siapa kita ini?
Apa yang kita sombongkan?
Hmmm...

Tulis komentar anda... Conversion Conversion Emoticon Emoticon

Thanks for your comment